Apa Penyebab Penderita Rabies Takut Air dan Angin ?
Penderita rabies seringkali mengalami gejala yang dikenal sebagai hidrofobia, yang menyebabkan ketakutan yang ekstrem terhadap air atau rasa panik saat terpapar air. Meskipun dulu dikaitkan dengan takut pada air, sekarang dipahami bahwa ketakutan ini sebenarnya terkait dengan kesulitan menelan atau mendapatkan air.
Penyebab ketakutan air pada
penderita rabies adalah efek langsung dari virus rabies itu sendiri yang
menyerang sistem saraf pusat. Virus ini biasanya ditularkan melalui gigitan atau cakaran dari hewan yang
terinfeksi rabies, seperti anjing atau kelelawar. Setelah masuk ke tubuh
manusia, virus rabies menyebar ke sistem saraf pusat, termasuk otak dan sumsum
tulang belakang.
Virus rabies bereplikasi di
sistem saraf pusat dan menyebar ke berbagai organ tubuh, termasuk kelenjar
ludah. Ketika virus ini mencapai kelenjar ludah, penderita dapat mengalami
kesulitan menelan, yang disebut disfagia.
Disfagia ini bisa berkaitan dengan refleks menelan yang terganggu akibat
peradangan pada otot-otot tenggorokan.
Ketika penderita rabies mencoba
menelan air atau melihat air, refleks menelan yang terganggu tersebut dapat
memicu serangan panik dan reaksi takut yang kuat, meskipun sebenarnya ketakutan
tersebut bukan terhadap air itu sendiri, melainkan lebih terkait dengan
kesulitan menelan yang dialami. Fenomena ini disebut hidrofobia.
Penting untuk dicatat bahwa
rabies adalah penyakit yang sangat serius dan fatal. Jika seseorang dicurigai
terinfeksi rabies, perlu segera mencari perawatan medis yang memadai. Vaksin
rabies dan perawatan medis yang tepat dapat membantu mencegah perkembangan
penyakit ini jika diberikan segera setelah terpapar virus.
Penderita rabies mungkin
mengalami kepekaan terhadap rangsangan sensorik seperti suara dan gerakan,
termasuk angin. Meskipun sebelumnya diyakini bahwa penderita rabies takut
angin, sekarang pemahaman kita tentang gejala-gejala rabies telah berkembang.
Dalam kondisi yang parah,
penderita rabies dapat mengalami spasme otot yang kuat dan berulang, termasuk
pada otot-otot yang mengendalikan pernapasan. Spasme ini dapat dipicu oleh
rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, atau angin. Saat penderita rabies
mengalami spasme otot yang melibatkan otot pernapasan, mereka dapat mengalami
kesulitan bernapas atau kejang pernapasan, yang juga disebut sebagai disnea.
Disnea pada penderita rabies
dapat memunculkan kesan ketakutan terhadap angin. Penderita mungkin terlihat
gelisah atau gelagapan ketika terpapar angin, karena mengalami kesulitan
bernapas atau menghadapi kejang pernapasan yang parah.
Penting untuk diingat bahwa
gejala rabies dapat bervariasi pada setiap individu tergantung pada tingkat
keparahan infeksi virus dan sistem kekebalan tubuh individu. Gejala-gejala
rabies yang umum termasuk kejang otot,
kesulitan menelan (disfagia), dan kepekaan terhadap rangsangan sensorik.
Sayangnya, saat ini tidak ada
cara efektif untuk mengatasi hidrofobia atau ketakutan air pada penderita
rabies. Rabies adalah penyakit yang sangat serius dan fatal, dan setelah gejala
muncul, tidak ada pengobatan yang diketahui yang dapat menyembuhkan infeksi
rabies. Oleh karena itu, penting untuk mencegah infeksi rabies dengan vaksinasi
yang tepat dan segera mencari perawatan medis jika ada kecurigaan terkena
gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi rabies.
Referensi:
World
Health Organization
(WHO). (2018). Rabies. Diakses pada 15 September 2021, dari
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/rabies
Centers
for Disease Control and Prevention
(CDC). (2021). Rabies. Diakses pada 15 September 2021, dari
https://www.cdc.gov/rabies/index.html